Gallery

How beautiful Turkey?

Image

Istanbul? Tentunya langsung terbayang dengan negara satu ini, Turki. Negara yang menyimpan beberapa masa dinasti ini menceritakan banyak sekali kisah dan peninggalan yang bisa dilihat sampai sekarang. Perpaduan kebudayaan dan pluralisme masyarakat mencerminkan negara ini tidak memaksakan suatu agama ke penduduknya.

Istanbul, terkenal dengan Hagia Sophia ataukah Blue Mosque, menarik untuk dikunjungi. Bagi pecinta sejarah peradaban, kota ini layak untuk mendapat apresiasi. Bagaimanakah perjalanan kota ini dalam masa masa kedinastiannya?

Saya akan mencoba menceritakan kembali, meringkas lebih tepatnya, setelah selesai mengkhatamkan tentunya. Kesimpulannya adalah saya sendiri belum menguasai buku ini. Harap maklum saja, mempelajari buku sejarah itu kadang memerlukan tingkat kosentrasi yang tinggi, berbeda ketika kita membaca sebuah novel. 🙂

Gallery

Islam dan Eropa

Sains itu memang harus berdampingan dengan agama. Keduanya tak dapat dipisahkan. Ketika hanya salah satu saja yang eksis, maka ancaman kepunahan peradaban manusia menjadi taruhannya. Setidaknya hal inilah yang saya tangkap dari buku Hanum Salsabiela Rais ini.

Memang tak dapat dipungkiri, kejayaan Islam pernah menjamah Eropa sehingga ilmu pengetahuan Eropa berkembang seperti yang kita lihat pada abad 20 ini. Seperti yang diceritakan Hanum, kejayaan Islam pada zaman dahulu meninggalkan artefak dan bangunan bangunan megah yang menjadi simbol kekuatan pengaruh emas Islam pada saat itu. Hal ini seperti yang dapat kita lihat peninggalan peninggalan berharta tersebut yang tersimpan rapi di beberapa museum Eropa. Pertama, Paris, kota ini memiliki sebutan The city of light. Tapi taukah kalian, bahwa menurut buku ini, mungkin menurut saya juga, The city light sebenarnya itu adalah Cordoba. Mengapa Cordoba? Ibu kota Spanyol inilah yang menjadi kota gemilang dengan keberhasilan Islam menjadi budaya yang menjadi kiblat oleh bangsa bangsa Eropa. Seorang turis belum dianggap jalan jalan ke Eropa jika belum mengunjungi kota satu ini. Menurut saya, jalan jalan itu tidak hanya sekedar plesiran, foto foto di bawah menara Eiffel.

Buku ini menjawab tentang semua pertanyaan pertanyaan saya selama ini. Beberapa pengetahuan baru terkuak melalui buku ini. Saya sendiri kaget, terlebih ketika mengetahui salah satu jubah pengangkatan raja Roger Sisilia Italia itu juga terukir huruf Kufic Arab yang bertuliskan kalimat tauhid, prinsip dasar agama Islam.

Paris menyimpan semua benda benda peninggalan kejayaan Islam di museum Louvre. Museum ini selalu padat pengunjung, karena apa? Monalisa yang terkenal dengan lukisannya karya Da Vinci itu berada di dalam museum ini. Tetapi, tunggu dulu, saya bukan hanya tertarik dengan lukisan monalisa yang ternyata besarnya tidak begitu seberapa. Saya kagum dengan pengetahuan Marion, teman Hanum yang dikenalnya melalui Imam Hashim, imam masjid di Venessia Islamic Center. Masjid venessia ini bisa kalian baca detailnya di awal awal halaman, berada di bawah bukit kahlenberg, tepi sungai Danube. Kahlenberg sendiri dikenal sebagai ‘pegunungan telanjang’. Apa maksudnya?karena dari bukit kahlenberg inilah keindahan Austria bisa dilihat langsung dari atas. Penasaran dengan kahlenberg, saya pun browsing untuk mencari tau tentang bukit ini.

Kembali lagi ke museum Louvre. Sebenarnya apa yang istimewa dari museum ini?. Berbeda dengan kondisi museum di Indonesia, museum di Eropa ini selalu padat pengunjung. Peradaban dunia banyak sekali tersimpan di benua Eropa. Museum Louvre memiliki Islamic Art Gallery yang begitu banyak menyimpan beberapa peninggalan.

Seperti yang saya sebutkan tadi, pengaruh budaya Islam pada saat itu sangat kuat, sehingga segala macam kemajuan dalam bidang teknologinya membuat Eropa iri akan hal itu. Tak pelak, jika kita mengidolakan teknologi di sebuah negara maju, maka kita berusaha untuk sekedar meniru kebudayaan tersebut. Para sultan mengirim beberapa hadiah baik itu berupa pernak pernik hiasan atau berupa tekstil. Setiap hadiah ini selalu terukir huruf Kufic Arab. Sejauh yang saya tau, membaca huruf Kufic Arab ini berbeda dengan huruf Arab yang biasa kita kenal. Rangkaian tulisannya sangat susah ditebak. Bekal bisa membaca al-Qur’an tidak cukup untuk bisa membaca tulisan ini. Taukah kalian apakah arti dari simbol Kufic Arab itu? kebanyakan adalah kalimat tauhid kita, yups benar, La Ilaha Illa Allah. Saya merinding ketika Marion mengungkapkan tentang hal ini, batin saya, sungguh dia bule tulen yang benar benar mengetahui sejarah peradaban Islam.

Hampir semua pelukis yang pada waktu itu, notabene bukan muslim, juga menyertakan kufic Arab dalam lukisannya. Entah karena mereka tidak tau akan artinya, ataukah memang begitu kuatnya kebudayaan Islam merasuk dalam karya karya para pelukis itu.

Sesuatu yang lebih membuat saya bergidik, lebih tepatnya meneteskan air mata, tentang kesimetrisan bangunan museum ini membentuk satu garis lurus. Memang, kemajuan arsitek Eropa pada waktu itu sudah menjunjung tinggi nilai nilai estetika. Tapi yang membuat saya tercengang adalah hal menarik yang disampaikan Marion. Louvre dibangun berada pada satu garis dengan La Defense, Arc du Triomphe de l’Etoile, kemudian Obelisk, Arc du Triomphe du Carrousel, Louvre dan apakah  yang terjadi jika garis imajiner ini diteruskan ke timur tenggara? Mekkah lah jawabnnya. Saya melongo juga membaca penjelasan ini, bagaimana mungkin bisa Napoleon memberikan perintah membangun ini sengaja untuk menghadap kiblat ke Mekkah?. Wallahu a’lam. Jika ini memang benar kiranya, semoga Napoleon benar benar mendapatkan tempat terbaik di sisi Nya.

Sejarah perdaban Islam di Wina juga bisa dilihat di salah satu museum Austria ini, tepatnya di museum Wien Stadt. Museum ini juga menggambarkan seorang panglima perang Turki, Kara Mustafa Pasha, yang tidak lain lain adalah kakek buyut dari Fatima Pasha, teman Hanum saat mengambil kelas bahasa Jerman. Fatima sangat bersedih dengan kakek buyutnya mengenai strategi penakhlukan yang dia sendiri tak setuju. Baginya, penakhlukan sutu daerah tidak harus dengan peperangan yang kejam, sehingga banyak korban berjatuhan, mengakibatkan luka sejarah yang membekas lama di hati para generasi sesudahnya. Menurutnya, kebencian hanya akan melahirkan balas dendam yang tak berkesudahan.

Hanum melanjutkan pengembaraannya menuju Cordoba dan Granada. The city of Light, kayaknya memang sebutan ini pantas untuk kota satu ini. Kota gemilang pada masa kejayaan Islam ini telah menorehkan banyak sisa sisa sejarah yang mengagumkan dari sisi budaya. Tak heran, jika budaya pada zaman ini menjadi kiblat negara lain. Mezquita yang kini berubah menjadi gereja nampaknya menimbulkan sedikit polemik. Menurut penduduknya sendiri, Sergio, pemandu wisata Hanum dan Rangga, sebaiknya masjid ini tidak dialih fungsikan menjadi gereja, mengingat para penduduknya berbeda sudut pandang. Museum adalah solusi terbaik karena dapat menghasilkan tambahan devisa negara yang berguna bagi para penduduk Cordoba. Saya sangat menyukai penuturan Hanum dalam mengisahkan mezquita ini. Setelah kalian tau, bahwa arah kiblat mezquita sendiri tidak tepat mengarah Mekkah. Karena apa? Pada saat pembangunan mezquita ini, arah kiblat masjid terdapat gereja milik kaum kristiani. Sultan tidak akan menghancurkan keberadaan gereja tersebut, melainkan tetap membangun masjid dengan arah yang tidak langsung menuju Mekkah, tetapi memasang arah dalam masjid dimana orang orang tetap menghadap kiblat ketika shalat. Sikap arif yang dilakukan sultan mencerminkan bahwa kehidupan antar beragama pada zaman itu sangat harmonis. Tanpa ada saling menjatuhkan satu sama lain. Saling menghormati keyakinan dalam beribadah, menurut saya, esensi ini yang harus dijunjung tinggi oleh semua kaum beragama.

Menuju Granada, maka akan  dibuat terpesona dengan penggambaran Istana Al Hambra. Istana ini disebut sebut sebagai tempat terakhir menyerahnya sultan kepada ratu Isabella dan Ferdinand. Ada hal yang membuat saya tertegun dengan penyerahan diri sultan. Dia bersedia meninggalkan istana dengan permintaan agar rakyatnya diberi kebebasan dalam beragama dan beribadah setelah kepemimpinan jatuh ke tangan ratu Isabella dan Ferdinand. Tapi apa yang terjadi menyimpang seratus delapan puluh derajat dengan itu, semua rakyat dipaksa dalam beragama mengikuti Raja dan Ratunya. Pemaksaan beragama disinilah yang membuat saya juga miris. Setidaknya pada saat ini, pemaksaan agama sudah jarang terlihat. Terlebih lagi, Indonesia dengan berbagai keanekaragaman suku dan agama mempunyai nilai nilai toleransi tersebut.

Istana Al Hambra yang konon lebih indah dilihat pada malam hari semakin membuat saya penasaran. Semoga pada suatu saat nanti bisa menginjakkan kaki ke Granada, mengharap dengan sangat.

Setelah Cordoba dan Granada, menuju Istanbul, Turki. Kunjungan Hanum menemui teman lamanya Fatima Pasha yang sudah sekian lama tak bertemu. Istanbul sendiri juga menyimpan berbagai nilai budaya yang tersimpan dan bangunan bangunan simbol kejayaan Islam. Hagia Sophia, salah satu tempat bersejarah di kota ini. Hagia Sophia tetap terjaga kesuciannya meskipun sering terjadi perpindahan kekuasaan. Hagia Sophia tetap terjaga keasliannya, hal ini berbeda dengan Mezquita, Spanyol. Keaslian mezquita sendiri dipertanyakan karena ada beberapa pihak yang ingin menghapus keaslian dan kesucian peninggalan agama ini. Hal inilah yang menyebabkan peninggalan itu terjaga keasliannuya dengan menjadikan tempat ibadah tersebut menjadi museum. Tempat peradaban lain adalah Blue Mosque, dibangun pada masa Sultan Ahmed.

Beberapa peninggalan dari berbagai dinasti seolah olah menceritakan kembali setiap detik kejadian  lampau yang harus diketahui oleh para penerus dinasti. Bagaimaapun juga, sejarah mencatat kejayaan suatu agama itu tak lepas dari budaya pada saat itu. Negara berkembang yang terkenal dengan budayanya akan menjadi suatu kiblat dari negara negara lain. Hal ini sudah tersampaikan dengan jelas di atas.

Hanum Salsabiela telah berhasil menceritakan sejarah yang mungkin terlewatkan oleh pengetahuan kita semua. Beberapa perjalanan menapak sejarah kejayaan Islam ini diharapkan dapat meningkatkan kecintaan kita terhadap islam.

Teringat dengan perkataan Fatima Pasha, jadilah agen muslim yang baik di berbagai negara. Dengan menunjukkan identitas agama kita, rahmatan lil’alamin, bukan agama sekuler maupun agama yang keras, identik dengan terorisme. Pemahaman agama yang benar akan membantu seseorang untuk menjadi pemilik identitas agama dengan senyuman dan kebaikan, bukan dengan senjata.

Video

Beautiful meaning of ‘Insaan’

Mengapa saya sebut sebagai bautiful meaning?. Manusia pada fitrahnya adalah makhluk yang dimuliakan, bahkan ketika Nabi Adam ‘alaihis salam diciptakan oleh Allah swt, para malaikat pun bersujud memuji keagungan Allah swt yang telah menciptakan makhluk sempurna yaitu manusia.

Hamza Namira, egyptian muslim singer, memiliki arrangement yang khas. Sentuhan karya karyanya menghiasi lyrics teman teman seperjuangannya di bawah bendera Awakening Records.