Gallery

Ramadhan goes to Heart

Ramadhan kali ini bisa dibilang sebagai bulan yang cukup menguras tenaga untuk berharap mendapat kebaikan yang berlipat. Semua berlomba lomba untuk melakukan berbagai ritual ibadah mulai tarawih yang penuh sampai shafnya penuh. Tampaknya ini berlaku pada awal awal Ramadhan, entah mengapa menjelang hari terakhir Ramadhan terjadi degradasi shaf jama’ah. 🙂

Ramadhan membawa berkah dan juga banyak kejadian tepatnya kejadian kejadian ‘unyu’. Loh,?!!. Beberapa tragedi yang menurut saya, waw !. Tentunya tak lepas dari pengaruh bulan puasa ini sehingga secara otomatis berbagai kebiasaan umat ini pun juga nampak berubah dari biasanya. Melaju menuju hari 11 Ramadhan merupakan babak minggu kedua yang harus menjaga ketahanan stamina tubuh dan pupuk semangat yang harus semakin gencar dijaga.

Berbagai kejadian yang oke pun mewarnai bulan ini, diawali dengan kekagetan saya ketika memasuki lobi kantor pagi itu. Sewaktu melangkahkan kaki masuk ke lobi, terdengar lantunan yang menurut saya sudah tak asing. Yup, ternyata suara orang lagi tilawah. Dimanakah itu?. Ternyata resepsionis kantor yang tilawah. Oh, langsung mengembang sebuah senyuman menyambut pagi itu. Awal hari yang positif, gumam saya.

Selanjutnya adalah banyaknya rejeki yang diterima. Memang, daya tarik bulan ini sungguh luar biasa. Rejeki buka puasa memang ada saja datangnya,..Jaminan bagi orang berpuasa itu memang benar benar ada!!.

Saya menjumpai banyak pribadi yang bersemangat dengan Ramadhan kali ini. Tak kalah terkejutnya adalah saya pun menjumpai jamaah yang usianya lanjut. Tunggu dulu, tarawihnya ini satu juz. Panjang durasi waktunya, sekitar 1,5 jam lebih. Semangat ibu sebelah ini memang luar biasa. Dari jam 10 malam sampai menjelang pukul 12 malam bisa tetap bersemangat, mengingat umurnya sudah lanjut. Masjid Al Ikhlas jati padang ini memang menyelenggarakan tarawih shift 2, golongan 1 juz, sekitar 2 jam yang selesai nya hampir tengah malam.

Semangat semangat menyala di Ramadhan ini diharapkan bisa berlanjut sampai akhir bulan dan tentunya tidak mengendur begitu saja setelah bulan puasa usai.

Selamat berpuasa dan selamat memasuki puasa minggu ke dua dengan penuh antusiasme yang tinggi. 🙂

 

Gallery

Lagi lagi S3..

Matahari pagi ini mengeluarkan kekuatan dan pesona terindahnya. Sekilas mendung pun tak kelihatan, matahari pun terlihat kilauan senumannya. Sabtu pagi dengan bunyi klakson terdengar di berbagai sudut jalan. Warga ibu kota yang tidak mau kehilangan hari liburnya sudah terlihat dari antrian pintu tol Cilandak.

Tak luput serbuan busway kali ini juga sesak penumpang. Keputusan pagi yang saya ambil rupanya sedikit meleset dari perkiraan, awalnya ingin menghindari teriknya panas matahari dan debu, sengaja tidak naik si kontas kuning, malah terjebak di antara penumpang busway yang berdesakan dari koridor Departemen Pertanian. Bisa dipastikan juga sih, berangkatnya saja sudah berdiri nih, adem sih adem, berdiri tapi. Nasib baik berpihak pada saya kali ini, sepertinya saya mendapatkan duduk dan tempat yang pas di busway selanjutnya, Pinang Ranti. Bersyukur, akhirnya jumlah penumpang pagi ini minimal. Entah karena tempat hiburan yang menjadi favorit kali ini adalah Kebun Binatang Ragunan, bukan TMII lagi dan Monumen Pancasila. Tampaknya seperti itu.Mengenai Monumen satu ini, sebenarnya saya juga penasaran, seperti apa sih interiornya. Benda apa saja yang disimpan di dalam museum ini. Mengingat tempat ini rutin saya lewati pulang pergi dari arah Pondok Gede. Lagi lagi keinginan itu belum tercapai karena padatnya waktu, tidak, mungkin itu hanya alasan saya saja karena tidak ada guide nya untuk masuk museum bersejarah itu.

Menempuh waktu sekitar 1,5 jam membuat saya ngantuk juga kali ini. Naik angkot merah jurusan kali malang ini membuat kondisi psikis sudah benar benar saturated. Ngantuk banget.

“Kiri ya Bang..”. Perintah seorang penumpang, saya pastinya, sudah berlagak jenderal saja.

Berhenti tepat tegak lurus dengan gerbang kampus, Pak supirnya mantab juga nih. Berjalan melewati koridor menuju masjid, sebelahnya maksudnya, area kantin lebih tepatnya. Tak sengaja pula melihat sosok yang sepertinya saya kenal, Bu Rektor ternyata. Apa yang dilakukan Beliau sepagi ini. Mungkin penglihatan saya salah kali ini. Hmm..tapi benar kayaknya. Ternyata beberapa karyawan yang mempersiapkan area panggung dan tempat duduk seminar di area halaman sedang mendapat “kuliah” beberapa menit dari Bu Rektor. Lebih tepatnya sih “kuliah dadakan”. Mungkin karena ada beberapa pekerjaan yang kurang oke, sehingga Bu Rektor terjun langsung untuk menegur, ups…memberikan kuliah maksudnya terhadap beberapa karyawan ini. Mungkin Bu Rektor juga merasa galau di saat berlangsungnya seminar Internasional yang dipenuhi oleh peserta dari negara negara Timur Tengah.

Lesehan di area masjid ini menjadi favorit saya. Semilir angin masuk melalui celah celah jendela yang terbuka luas. Berada di atmosfer yang sangat nyaman. Ba’dha shalat dzuhur, masih terlihat beberapa peserta  Timur Tengah yang akrab berbincang bincang dengan pejabat kampus. Tentunya dengan Arabic language. Hal inilah yang membuat saya mundur secara perlahan dari lapak internasional. Mungkin saya merasa seminar kali ini cukup buat wacana saya untuk lebih bersiap siap mengikuti seminar di tahun selanjutnya. Bagaimana nggak gemeteran?, lah bener bener dah, mereka ini bukan hanya senior secara ilmu, umur juga senior. Saya melihat diri saya ini seonggok.., apa???, maksudnya seorang murid kecil yang bisa dikatakan masih seumur jagung. Hehehehe. Terlebih lagi masalah Arabic language, hadeuuhh…saya tahu persis kemampuan Arabic saya kali ini terjun bebas bener. Kemampuan bahasa yang kurang dilatih menjadi penyebabnya. Karena saya jarang menggunakan dialog bahasa ini semenjak meninggalkan bangku Aliyah. Saat di bangku aliyah yang cas cis cus saja muhadatsah dengan Arabic, tiba tiba menjadi gelagapan super akut setelah beberapa tahun. Nampaknya  melatih bahasa ini harus saya praktekkan lagi dengan sahabat saya di sini. Melatih Arabic di lingkungan kantor juga enggak mungkin banget, lah bahasa di kantor malah fasih javanese, bahasa jawa tulen.

Lagi lagi S3…Enggak tahu juga saya sekarang sering menggunakan istilah S3. Mungkin karena terlalu banyak sugesti tentang S3 ini. Lagi lagi sindrom S3, Sahabat Sahabat Super. Lebih tepatnya Senior Senior Super. Apa mungkin saya salah masuk jurusan, salah masuk tahun atau bagaimana juga saya kurang tau. Seringkali saya benar benar merasa kali ini saya memasukkan diri saya sendiri ke kandang bahaya. Takutnya itu merasa bisa masuk, susah keluarnya. Tentunya saya tidak mungkin untuk mundur dari area tantangan kali ini. Apa kata dunia?. Mundur?. Say NO.

Risiko?. Saya menyukai risiko, dalam arti ada pelbagai hikmah di setiap langkah yang saya ambil. Bangunan kantin, rumput rumput ilalang, ibu kantin, semuanya akan menjadi saksi akan hadirnya saya di sebelah mereka. Haiyaahhhhh. Renungan di pojok masjid kali ini adalah, jalani apa adanya. Berjalan maju dan mengikuti kata hati dengan menyelesaikan berbagai studi yang diambil. Hmm..keluhan dengan menumpuknya paper dan presentasi? anggap saja ini latihan untuk studi komunikasi. Yaelah, ya memang ini kurikulumnya kaleee….

Senior Senior Super ini anggotanya tidak hanya saya temuai di area kampus. Area tempat aktifitas al-Qur’an saya pun ada anggotanya. Karena markas al-Qur’an saya dengan area kampus berdekatan, maka saya mampir untuk sekedar bertemu dan melakukan check up al-Qur’an dengan sahabat senior kali ini. Bisa dibilang sahabat saya satu ini memang benar benar..ya begitu deh. Saya datang untuk mendengarkan atau lebih tepatnya tasmi’ al-Qur’an dengan beliau ini. Baru setengah juz, sekitar 10 halaman, disaat saya konsentrasi tinggi mendengarkan hafalan beliau, Ups…apa yang terjadi?. Mendadak volume suaranya hilang diterpa dinginnya AC ruangan. Astaghfirullah, mata saya pun terbelalak melihat kondisi ini, yang didengerin sudah tidur pulas. Apa apaan ini…Nah, dari sinilah saya melihat lamat lamat wajahnya, dalam hati saya bersyukur, masih dikumpulkan dengan senior senior yang menjaga kualitas hafalan 30 juznya dengan sangat baik. Mengingat anggota huffadz perempuan di ibu kota ini sangat amat langka sekali. Saya pun punya keinginan, pada saatnya, saya harus bisa mengumpulkan dan membuat organisasi huffadz khusus perempuan untuk menjalin dan menjaga kualitas hafalan yang terus terjaga sepanjang hidup. Organisasi ini penting adanya, mengingat kalangan internal huffadz perempuan juga harus memiliki wadah untuk berpendapat dan menjalankan aktifitas aktifitas yang terjun ke masyarakat, membentuk karakter karakter perempuan di ibu kota ini dekat dalam memelajari al-Qur’an. Semoga bisa terwujud.

Suasana kampus yang semakin ramai di sabtu siang, mahasiswa mahasiswa yang berlalu lalang, sekedar ngobrol di emperan masjid kali telah menemani saya menulis artikel. Kebanyakan mahasiswa teknologi pendidikan ini adalah para ibu ibu, maka tema perbincangannya pun tak jauh jauh dari seputar permasalahan anak. Berbeda lagi dengan tema pembicaraan para mahasiswi junior sebelah. Cekikikan mereka seolah olah menjadi hiburan alunan nada tersendiri bagi saya, pendengarnya. Atmosfer yang sejuk, berada di tengah tengah gurauan dan ricuh pencari ilmu ini menghilangkan rasa kantuk saya secara otomatis. Banyak Banyak Bersyukur.

Sepertinya waktu pun menuju ke ashar. Kewajiban saya selanjutnya adalah persiapan jadwal talaqqi yang sudah menunggu saya setiap akhir pekan. Manajemen waktu yang ketat rupanya memang harus terus diasah. Mengingat aktifitas yang seabreg, hehehe. Sampai pada suatu ketika, saya mengatakan pada diri saya sendiri, ‘I don’t have a holiday now…’. Merasa bersyukur dengan memiliki, lagi lagi S3, Sahabat Sahabat Super yang mengisi holiday saya dengan penuh pelangi. Pelangi ilmu yang mengeluarkan bias bias warna beraneka macam. Sahabat yang mengajarkan ilmu komunikasi yang luar biasa bagus, sahabat yang menguatkan kualitas al-Qur’an dan juga sahabat yang mengisi keseharian profesi saya sekarang ini. Para sahabat super mendampingi saya dengan tulus, ehm..ehm… Dari sahabat kenalan secara dadakan dengan berbagai latar belakang profesi, sahabat kantor yang menjadi pendamping sehari hari, sahabat al-Qur’an, sahabat Magister. Hmm..lalu, Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?…

Say Alhamdulillah and Alhamdulillah atas semua anugerah para S3 ini, Sahabat Sahabat Super…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Public Speaking…Racun!!!…

Public Speaking…Racun!!!…

Istilah Public Speaking memang sangat dekat dengan profesi orang orang yang bergelut di bidang komunikasi. Dunia Public Speaking menjadi sangat dibutuhkan oleh semua praktisi ilmuan maupun seniman. Ilmu komunikasi yang menyampaikan gagasan dari otak memang wajib dipelajari. Bagaimanapun juga, ilmu sosial itu wajib untuk memelajari ilmu public speaking. Perpaduan yang apik antara ilmu eksak dan ilmu komunikasi akan menghasilkan sebuah kolaborasi yang sempurna. Kok bisa?. Para praktisi ilmuan akan bisa menyampaikan ide dalam pikiran mereka lewat bahasa verbal, sehingga bisa ditangkap oleh khalayak ramai.

Banyak diantara kita yang masih merasa kesulitan untuk mengapresiasikan bahasa yang mengalir dari ide atau sebuah pikiran. Banyak yang merasa bahwa mereka merasa yakin akan suatu ide, tetapi permasalahannya untuk menyampaikan hal tersebut ke orang lain masih merasa gelagapan. Jika kita melihat sosok Becky Tumewu yang sudah lama berkelana dalam dunia speaking, maka sepanjang acara maupun seminar yang dibawakannya tidak akan pernah ngeboring-in. Kepiawaian nya dalam mengolah nada bicara dan pengetahuan nya yang luas memberikan daya tarik tersendiri dalam membawakan suatu acara.

Itulah yang mengilhami dia untuk mendirikan sebuah sekolah Public Speaking yang dikenal dengan Talk-inc, atu Talk incorporation. Public speaking menjadi cabang ilmu yang wajib dipelajari bagi semua praktisi bidang eksak dan sosial. Ilmu ini membantu dalam penyampaian maksud dengan bagus dan tertata dengan baik, tentu saja tidak membosankan para pendengar, memberikan kesan yang tertanam pada para lawan bicara.

Biusan Public speaking ini telah membangkitkan suara suara hati,  seolah olah membangunkan keinginan yang terlelap. Bergaul dengan sahabat sahabat yang begitu komunikatif telah memancing saya untuk berbicara dengan hati sekali lagi. Kecintaan saya dengan speaking memang telah ada sejak bangku Aliyah. Tanpa disadari, studi komunikasi yang saya ambil kali ini mengantarkan saya pada karakter karakter yang telah senior, dimana pengalaman mereka sangat handal dalam bidang komunikasi.

Memang tak bisa dipungkiri lagi, pengaruh dari beberapa sahabat ini telah berhasil membuat saya keluar dari cengkeraman kandang yang memenjarakan kreatifitas saya selama ini. Terjun dalam dunia sosial yang luas telah memberikan rasa atau lebih ke passion tersendiri. Karakter saya yang tidak terlalu menyukai hal bersifat monoton seolah olah terobati dengan berbagai aktifitas seminar dan diskusi yang rutin diselenggarkan kampus tempat saya mengambil Magister Komunikasi Islam ini.

Pertama tama memang sempat merasa down serendah rendahnya. Nyali pun menciut ketika saya bertemu dengan orang orang dengan high capability ini. Komunikasi mereka begitu bagus. Saya bisa melihat ini dari tajamnya sorot mata mereka. Seakan akan ketika mereka berbicara, panggung dan audience adalah di bawah kendali mereka. Gaya dan pembawaan mereka yang begitu nyantai dan mengalir telah mampu memberikan energi positif kepada siapapun yang menjadi lawan bicara mereka.

Adalah mutlak bagi pembicara itu untuk membuat dirinya se-nyaman mungkin. Berkata dari hati, mengalir dan jujur adalah faktor yang membantu suksesnya setiap acara yang kita bawakan. Kita harus bisa memegang kendali, bukan sebaliknya, kendali yang mengontrol kita. Be your self !!. Itulah kata kata mutiara dari pembicara pembicara handal yang sukses memegang acara acara seminar dan talkshow.

Terciptanya komunikasi yang bagus bukan sesuatu yang instan. Semua itu harus dilatih dan terus diasah. Mempunyai skill komunikasi yang bagus merupakan harta yang menurut saya paling berharga. Karena dari sisi komunikasi yang bagus, kita bisa mengeluarkan label diri kita yang open mind, hangat dan mudah bergaul.

Tak jarang ketika kita hadir dalam suatu forum atau suatu kajian ilmiah, dimana seorang speakernya adalah expert di bidangnya. Tapi apakah yang terjadi ketika si pembicara ini tidak mampu menyampaikannya ke para peserta forum itu?, sementara sejuta mata sudah tertuju pada one point, menatap mata si pembicara.

Jika para peserta ini tidak blend dengan pembicaranya, maka yang akan terjadi 10 menit kemudian adalah mati gayanya peserta forum. Ada yang mendadak autis BBM-an, menguap, ngobrol dengan sebelahnya atau bahkan mungkin ketiduran layaknya anggota dewan yang tidur di kala rapat. Loh, jadi ada kaitannya dengan sidang dewan yang monoton telah membuat peserta dewan terlelap dalam mimpi mimpi mereka. Hmmm, percayalah saya salah kali ini. :). Permasalahan rakyat itu akan menjadi monoton jika tidak ada pemecahnya.

Pembicara yang aktif yang merasa never losing lah yang akan terus mencari ide ide kreatif dan melakukan riset dalam teknik pembicaraan nya. Oke, kembali ke acara forum tadi. Nah, disini 10 menit saja sudah terjadi kejadian salah tingkah yang overlimit dari pesertanya. Saya yakin dalam 20 menit ke depan, hanya satu yang ada dalam pikiran mereka. Begini, “Aduh, kapan sih ini akan berakhir?.” Saya jamin, karena saya juga pernah mengalami beberapa forum yang memang kebetulan pembicaranya monoton. 🙂

Sekali lagi, public speaking itu bukan bawaan lahir. Atau bahkan bakat turun temurun. Tapi lebih ke pengasahan kemampuan pribadi yang terus menerus dilatih dan diasah. Ada yang bilang, “Itu karena si A sudah ada keturunan penceramah atau si A itu memang sudah mengambil kuliah jurusan Komunikasi”. Ini tidak menjadi jaminan, karena komunikasi ini terlatih karena interaksi sosial yang bagus.

Terlibat dalam forum yang monoton membuat saya banyak mengambil hikmah dari forum tersebut. Membuat saya banyak berlatih menyatukan diri dengan lawan bicara ketika diskusi. Tema bicara kita yang blend dengan lawan bicara akan membuat diskusi itu sendiri bernyawa. Kuantitas interaksi yang perlu dilatih dan terus diasah menjadi kunci utama terbentuknya pembicaraan yang hangat.

Setidaknya mempunyai kemampuan speaking yang bagus harus dimiliki oleh para pemuka agama. Masa iya, setiap acara khutbah jum’at, hampir dipastikan 80% jamaahnya tertidur pulas, walapun si penceramah menyampaikan dalam semangat berapi api. Hal ini lah yang sangat disayangkan. Jika khutbah jum’at tersebut disampaikan oleh pemateri yang memahami betul teknik speaking, maka saya rasa materi yang disampaikan akan lebih melekat dan bahkan menjadi suntikan motivasi bagi para jamaahnya.

Jangan sampai si penceramah akan muncul menjadi pembicara, kontan jamaahnya bilang,” Haeduhhh ini lagi..ini lagi…. Nggak bosen bosennya sih, kapan diganti0 sih pembicaranya?.” Jika hal ini terjadi, fatal dah. Ini jamaahnya sudah kagak niat dari awalnya untuk dengerin ceramah, nah bagaimana kelanjutannya?. Jangankan 10 menit, penceramah naik mimbar baru 1 menit saja si jamaah udah molor terbang ke awang awang. Kita jadi inget bahwa jamaah itu mengkritik iya, memang itu hak mereka untuk memberikan kritik. Tapi, pembicara harus lebih kritis lagi menanggapi mereka.

Proses belajar yang tak mengenal lelah dalam ilmu komunikasi itu perlu dipahami dan dipraktekkan. Setidaknya itulah yang membuat saya jatuh cinta lagi dengan dunia komunikasi saat ini. Bergaul dengan sahabat sahabat yang hangat dan motivasi, tak jarang mereka memiliki sisi humoris yang tinggi. Membuat saya benar benar terperangkap dalam alur pembicaraan mereka.

Alangkah lebih baik lagi jika kita pemuda pemuda negeri ini menjadi pribadi yang hangat dan juga memiliki mata komunikasi yang oke. Menjadi semangat yang terus membangun dan ingat, bahwa siapapun bisa memelajari ilmu ini. Siapa yang nggak kepengen menjadi pribadi disukai ketika bergaul?. Sehingga kita benar benar memiliki label ‘jaminan mutu nieh!’. 🙂