Gallery

Memori Falistina

BAB 1

KOTA BANJIR

 

Tak terasa sudah 2 jam presentasi launcing new product dengan high technology itu berlangsung. Presentator itu cukup cerdas dalam penyampaian materi, maklum saja software yang dia kembangkan akhir akhir ini ternyata menjadi bahan perbincangan hangat oleh para praktisi perusahaan perusahaan besar di benua Eropa.

“Oh, I like your product….”. Salah satu managing director perusahaan Australia membuka perbincangan hangat setelah presentasi berlangsung.

Presentator itu kaget, tiba tiba ada yang berbicara dengan nya dari arah belakang

“ Thank you sir, I have advanced and tried this technology in three years, so I hope this software can help you more in solving your calculation case”

“Oh yes, surely…”

“You can contact me if you have any question about that, please take this my name card”

“Thanks, hmmm…Falistina ‘illiyyin. Business development, ok I will save your contact”

Udara dingin di minus 10 derajat telah mebuat falistina merasa bahwa udara di Paris sangatlah tidak cocok dengannya. Maklum tahun ini jadwal presentasi nya ke negara eropa cukup padat, dan bertepatan dengan musim dingin. Kali ini perkiraan nya meleset, karena respon software nya dengan cepat melesat ke berbagai instansi perusahaan Oil construction.

“Oh, Robbi udara di belahan dunia mu ini dingin sekali, rasanya aku harus mempercepat kunjungan presentasiku di sini”.

Hotel dengan suasana esksotis eropa itu telah membius banyak pengunjung yang kebanyakan foreign tourist, termasuk Falistina presentator muda itu. Berada di heart city nya perancis 3 hari saja telah membuat falistina tidak betah. Malam ini adalah waktunya dia checkout, karena dia sudah selama 2 minggu ini keliling eropa tugas presentasi. Malam ini dia berharap dapat kembali ke tanah airnya tercinta.

“Hmm..sebelum kembali, aku harus membeli oleh oleh buah tangan dulu, untuk beberapa teman di kantor, dan temen temanku seperjuangan”

 

Berlama lama di kamar hotel, membuat falistina gerah juga. Akhirnya dia turun ke loby hotel sekedar menanyakan ke resepsionis alamat berbagai toko yang menjual aneka aksessoris khas negeri romantis itu.

Resepsionis muda itu menyapa falistina dengan bahasa sapa perancis nya yang fasih.

Bonjour madam”

“Bonjour…..” Senyum falistina yang hangat menyapa wanita resepsionis muda itu.

“Comment allez-vous aujourd’hui?…” (1)

“Oh..in a good feeling”

“Aucun que je peux aider?..” (2)

“Oui, Je veux acheter des cadeaux pour ma famille à Jakarta…. vous pouvez me dire où son magasin? “ (3)

“Nous offrons une variété de souvenirs dame, vous pouvez visiter la chambre à côté de la salle de réunion au deuxième étage” (4)

“Oh really…??”

Dia tidak menyangka kalau dia ingin membeli oleh oleh tidak usah sibuk keluar hotel untuk sekedar belanja pernak pernik Perancis.

“Vos informations m’ont vraiment aidé, merci…” (5)

“You’re welcome”

 

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sekedar memilih oleh oleh yang dia mau. Setelah dua jam sibuk memilih aksesoris, falistina memutuskan untuk segera membayar barang barang belanjaan nya. Perjalanan dari hotel ke bandara membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Falistina mempercepat langkahnya untuk sampai ke kamarnya. Dia segera menyelesaikan packing beberapa barang barangnya yang masih tergeletak, dia harus memastikan tidak ada barangnya yang ketinggalan di kamar hotel.

Sebelum berangkat ke bandara, dia sempatkan untuk sholat maghrib terlebih dahulu. Falistina sangat menjaga betul waktu pertemuannya dengan sang Khaliq dimanapun dia berada. Ini sudah menjadi tekadnya.

Udara malam terasa sangat dingin sekali, tak terasa dia sudah sampai di bandara untuk menunggu penerbangan ke jakarta malam ini. Setelah beberapa lama, akhirnya dia bersyukur karena tidak ada delay.

“Alhamdulillah, akhirnya tepat juga ini pesawat”

“Aku harus cepat cepat masuk…”

 

Penerbangan hampir 24 jam plus transit membuat falistina sangat kelelahan. Tak terasa dia sudah sampai di jakarta setelah sebelumnya dia transit di KL.

“Alhamdulillah, akhirnya aku pulang juga……, aku sudah terlalu kangen dengan negaraku ini”

Setelah mengambil beberapa bagasi, dia segera mempercepat langkahnya untuk mencari taksi di depan terminal 1A, Soekarno Hatta.

Hujan lebat mengguyur jakarta malam ini. Maklum setelah beberapa pekan, falistina membaca kabar cuaca jakarta melalui online connection dari luar negeri. Setelah duduk istirahat di luar, akhirnya dia menemukan taksi yang ditunggunya.

“Taksi..taksi…..”

“Pak tolong masukkan barang barang saya di bagasi ya…”

“Iya buk…”

“Mau kemana buk..?

“Daerah Jati Padang Pak, nanti lewat Tol Gatot Subroto saja ya…”

“Baik, buk…..”

 

Kelelahan membuat falistina tidak terasa sudah tertidur juga di taksi. Tak terasa juga ketika pak supir itu membangunkan dia.

 

“Buk…Buk…..”

“Ehhhh,……saya tertidur ya pak..”

“Iya, kayaknya ibuk lelap banget, kecapekan kayaknya”

“Iya nih pak….”

“Buk, kita sudah hampir sampai nih, alamat detailnya dimana ya?”

“Oh iya pak saya tadi lupa belum kasih tau detailnya ya, Penvill belok kiri ya nanti ada gang sebelah masjid At Taqwa, masuk aja disitu…”

“Iya Buk, saya sudah tau daerah situ kok”

“Bapak asli mana, udah lama di jakarta?”

“Saya asli Tegal buk, keluarga saya semua di Tegal, ya saya saja yang merantau ke Jakarta”

Setelah obrolan ringan, tak terasa 10 menit sudah sampai rumah falistina yang tepat berada di sebelah masjid At Taqwa.

“Stop disini ya Pak…”

“Iya Buk…”

“Ini ya Pak uangnya,..sudah buat Bapak saja kembaliannya buat anak anak yang dirumah ya, salam saja buat mereka”

“Terimakasih banyak ya Buk..”

“Iya sama sama”

 

Hujan masih saja mengguyur ibu kota padat penduduk ini. Untung saja daerah Falistina bekan termasuk yang rawan banjir, sehingga dia bisa bernafas lega.Dengan membawa banyak barang, dia masuk pagar rumahnya dan mengetuk pintu rumahnya.

 

“Assalamu’aikum…..Assalamu’alaikum..”

“Wa’alaikumsalam” Terdengar jawaban dari dalam.

“Alhamdulillah, bunda sudah sampe…”

“Iya, alhamdulillah cepet….”

Tiba tiba terdengar suara larian kecil dari ruang tengah, sosok mungil anak laki laki umur 5 tahun tiba tiba muncul.

“Siapa tamunya buyah?”

“Fahad, Ini bunda sudah datang nak….”

Dalam hitungan menit, Fahad langsung menyerbu bunda nya.

“Fahad kangeeennnn banget sama bunda”

“O iya ya, bunda juga kangen beraattt sama Fahad, doa in bunda nya nggak??”

“Di doain dong…., Semoga bunda selalu dalam lindungan Alloh dan dijaga terus”

“Amiinnn..”

Kecupan fahad pun mendarat di pipi falistina dengan cepat.

“Kami kangen banget sama kamu sayang..” bisik suaminya

“Iya, kalian berdua itu adalah permata permata Alloh yang diberikan pada bunda…Semoga kita selalu bersama sama dalam perjuangan ya”

“Aminn, kata kata semangat mu selalu membiusku sayang, semakin hari hati ini mencintaimu”

Falistina mencubit pinggang suminya. Fahad sudah senyum senyum sedari buyahnya merayu bundanya.

“O iya fahad sudah sampe mana hafalan nya?, trus sholatnya bagaimana?”

“Tenang bunda, Fahad hampir menyelesaikan juz 5, muroja’ahnya kan disimakin buyah..”

“Trus sholatnya?”

“Kan sama buyah sholat di masjid…”

“Terus belajarnya?”

“Bunda, ini kan libur pesantren dan juga sekolah…kok bunda lupa..kan Fahad pulang dalam rangka liburan toh”

“Oh iya ya, bunda lupa…, Fahad sudah ketemu eyang kediri belum sebelum pulang ke rumah?”

“Sudah dong bunda, kan waktu dijemput buyah, kita nginep dulu di tempat eyang. Fahad suka di tempat eyang, rame banyak santri santri seumuran fahad juga di tempat eyang..”

“Iya sudah, nanti setelah liburan Idul Qurban, nanti bunda ikut anterin fahad ke pesantren sekaligus mampir ke tempat eyang ya…”

 

Tak terasa jam sudah menunjukkan angka 10. Tapi percakapan keluarga kecil itu masih terus berlangsung dengan serunya. Falistina menceritakan berbagai pengalaman nya di negeri eropa selama kurang lebih 2 pekan itu. Fahad putra kecilnya menyimak dengan sungguh sungguh.

“Wahhh, fahad nanti juga ingin jalan jalan ya bunda”

“Boleh, tapi sekolahnya harus rajin…Sholat ngajinya juga harus dijaga, hafalan Qur’an nya juga harus tetap di jaga..bener kan buyah?”

Falistina melirik suaminya yang sedari tadi duduk di sebelahnya.

“Iya sayang, dengerin nasehat buyah sama bunda ya?”

“Oke….”

“Nah, sekarang waktunya bunda istirahat ya,besok kan hari sabtu..dilanjutin lagi ceritany..kan kita juga harus pergi membeli kambing untuk hari minggu nya”

“O iya ya, hari minggu kan Idul Qurban”

“Tapi sebelum tidur, Fahad mau disimakin bunda muroja’ahnya…sekalian bunda juga bisa muroja’ah sama Fahad”

“Hmmm….boleh juga, ayukkk….”

 

Kedua ibu dan anak itu mengambil air wudhu dan siap siap untuk muroja’ah Qur’an. Tak tersa anak kecilnya sudah berusia 5 tahun. Falistina masih ingat bagaimana perasaan hatinya ketika harus meninggalkan Fahad yang ketika itu masih berusia 4 tahun di sebuah pesantren Qur’an khusus anak di Malang, Jawa Timur.

Tak terasa Fahad sudah mulai start surat Ali Imron. Dengan lamat lamat Falistina menyimak hafalan putranya itu. Dia harus memastikan kulaitas hafalan anaknya ada peningkatan baik dari segi makhroj maupun ilmu tajwidnya. Fahad sudah terbiasa dengan lantunan Qur’an semenjak masih bayi, makanya dia sudah terlatih ketika usianya masih sangat belia. Walaupun Falistina juga sangat sibuk dengan pekerjaan nya, dia tidak pernah liput untuk menyampaikan materi materi ke putra mungilnya itu.

“A’udzubillahi minassyaithonirrojiim”

“Alif laam miim…..”

 

Ayat demi ayat dilantunkan Fahad dengan lancar. Tiba tiba air mata falistina menetes. Tiba tiba dia ingat 20 tahun yang lalu, bahkan mungkin masa kecilnya mulai membayanginya. Bayangan 20 tahun bahkan masih teringat jelas ketika dia baru menginjak usia 12 tahun memasuki sekolah SMP.

Bayangan itu terus melucuti pikiran nya, berbagai proses yang dia jalani sangat membekas di lubuk hatinya.

 

Notes:

(1)             Bagaimana kabar anda hari ini?

(2)             Ada yang bisa saya bantu?

(3)             Tentu, saya ingin membeli oleh oleh untuk di Jakarta. Dimanakah tempat yang menjualnya?

(4)             Kami menyediakn berbagai souvenir, Anda bisa langsung menuju ke ruangan sebelah meeting room di lantai 2.

(5)             Informasi anda sangat membantu saya