Melanjutkan tema Pengantar Qira’at Bag.2. Khasanah kekayaan ulumul Qur’an ini bisa terlihat dari perawi dan thariq yang ada.
Dari bahasan sebelumnya yaitu perbedaan antara Thariq As-Syathibiyah dan Ath-Thayyibah :
4. Mad ta’zhim, Ia tidak ada dalam thariq Asy-Syathibiyah. Adapun menurut sebagian thariq Ath-Thayyibah, bagi yang membaca mad jaiz munfashil dengan dua harakat (atau biasa disebut dengan istilah qashrul munfashil), ia bisa membaca kalimat لآ اله di seluruh al-Qur’an, dengan memanjangkannya hingga empat harakat. Mad ini juga disebut dengan mad mubalaghah.
5. Nun mati (sukun) dan tanwin berhadapan dengan huruf lam dan ra’. Menurut thariq Asy-Syathibiyah, ia hanya dibaca dengan cara mengidghamkan nun mati dan tanwin ke dalam huruf lam dan ra’ tanpa ghunnah (dengung). Sementara menurut thariq Ath-Thayyibah, ada dua cara. Cara pertama, sama seperti thariq Asy-Syathibiyah, dan cara kedua membaca dengan idgham bi ghunnah. Persis seperti membaca empat huruf idgham yang lain. (Dalam qira’at ‘ashrah, ada juga yang membaca demikian, yaitu Qalun, Ibn Katsir, Abu Amr, Hisyam, Ibn Wardan dan Rouh)
6. Saktah pada 4 tempat.
– عوجا قيما (QS. Al-Kahfi :1-2 . Diantara para qurra’, hanya Hafsh saja yang membaca sejumlah kalimat ini dengan saktah, menurut sebagian thariqnya. Adapun para qura’ yang lain, mereka membaca tanpa saktah.
– مرقدنا هذا (QS. Yasin : 52)
– من راق (QS. Al-Qiyamah : 27)
– بل ران ( QS. Al-Muthaffifin : 14).
Menurut thariq Asy-Syathibiyah, hanya dan harus dibaca dengan saktah dalam keadaan washal. Adapun menurut thariq Ath-Thayyibah, bisa dibaca dengan saktah, dan boleh juga tanpa saktah. Ada saktha yag kelima yaitu pada kalimat ماليه هلك di surat Al-Haaqqah ayat 28-29; antara yang membaca dengan idgham dan idzhar. Dan bagi yang membaca dengan idzhar dan washal, dia mesti membacanya dengan saktah.
7. Saktah pada sukun sebelum hamzah. Menurut thariq Asy-Syathibiyah, ini tidak ada. Menurut sebagian thariq Ath-Thayyibah, Hafsh membaca dengan saktah pada harakat sukun sebelum sebelum huruf hamzah, dengan ketentuan:
– Saktah pada ال, seperti pada kata الأرض dan الانسان
– Saktah pada شيء secara mutlak, baik dalam keadaan marfu’, manshub, maupun majrur
– Saktah pada sukun pada kata yang terpisah, seperti إن انت dan واذ أخذ
– Saktah pada sukun dalam satu kata, seperti فاسألوا dan القرآن
– Saktah pada sukun pada huruf wau dan ya’ yang sebelumnya berharakat fathah yang terdapat pada dua kata terpisah, seperti dan berharakat fathah yang terdapat dalam satu kata, seperti خلوا إلى dan ابنى آدم
– Saktah pada sukun yang jatuh pada huruf wau dan ya’ yang sebelumnya berharakat fathah yang terdapat dalam satu kata, seperti كهئة dan السَّوْء
8. Menurut thariq Asy-Syathibiyah, ia bisa dibaca dengan dua cara, yakni isymam dan roum. Adapaun menurut thariq Ath-Thayyibah, jika membaca dengan qashrul munfashil, hanya bisa dibaca dengan isymam. Sedangkan jika membaca dengan tawassuth munfashil (empat harakat pada mad jaiz), boleh dengan isymam dan roum.
9. يَلْهَثْ ذَلِكَ (QS. Al-A’raf : 176). Menurut thariq Asy-Syathibiyah, dibaca dengan idgham. Sedangkan menurut Ath-Thayyibah, bisa dibaca dengan dua cara; idgham dan idzhar. Diantara para qurra’, yang membaca kalimat ini dengan idzhar adalah Warsy, Ibn Katsir, Hisyam dan Abu Ja’far. Qalun mempunyai dua cara, sama seperti Hafsh. Sedangkan yang lain membaca dengan idgham.
10. اِرْكَبْ مَعَنَا (QS. Hud :42). Menurut thariq Asy-Syathibiyah, dibaca dengan idgham. Adapun menurut Ath-Thayyibah, bisa dibaca dengan dua cara; idgham dan idzhar. Jika dibaca dengan idzhar, maka ia dibaca dengan qalqalah. Dalam qira’at ‘ashrah, Abu Amr, Al-Kisa’i dan Ya’kub membaca dengan idgham. Sementara Warsy, Ibnu Amir, Khalaf, dan Abu Ja’far membaca dengan idzhar. Adapun Ibn Katsir, ‘Ashim, Qalun dan Khalland membaca dengan dua cara; idgham dan idzhar.
Sekilas perbedaan antara kedua thariq tersebut masih ada 9 point lagi yang akan saya coba share kan disini. Semoga bermanfaat.
CMIIW