Gallery

Back to paper and paper

Setelah mengalami sedikit kekosongan jadwal, akhirnya kembali lagi dengan padatnya jadwal. Semakin merasa kurang akan pengetahuan, maka semangat untuk mengejar ketertinggalan pun semakin membara.

Teruslah berkarya dan belajar. Manfaatkan jiwa, pikiran dan ilmu kita untuk kebaikan dunia ini. Ada hal yang lebih membuat “wow” dari sekedar kesenangan dunia, yaitu sebuah pengorbanan. Berani berkorban akan waktu, kesenangan dan materi, demi memberikan sebuah kebaikan terhadap sesama.

Jasad mati tanpa jasa hanya meninggalkan nama, tetapi jasad mati dengan pengabdian akan meninggalkan jejak perjuangan yang akan terus menjadi kebaikan bagi generasi selanjutnya.

image

Gallery

Lagi lagi S3..

Matahari pagi ini mengeluarkan kekuatan dan pesona terindahnya. Sekilas mendung pun tak kelihatan, matahari pun terlihat kilauan senumannya. Sabtu pagi dengan bunyi klakson terdengar di berbagai sudut jalan. Warga ibu kota yang tidak mau kehilangan hari liburnya sudah terlihat dari antrian pintu tol Cilandak.

Tak luput serbuan busway kali ini juga sesak penumpang. Keputusan pagi yang saya ambil rupanya sedikit meleset dari perkiraan, awalnya ingin menghindari teriknya panas matahari dan debu, sengaja tidak naik si kontas kuning, malah terjebak di antara penumpang busway yang berdesakan dari koridor Departemen Pertanian. Bisa dipastikan juga sih, berangkatnya saja sudah berdiri nih, adem sih adem, berdiri tapi. Nasib baik berpihak pada saya kali ini, sepertinya saya mendapatkan duduk dan tempat yang pas di busway selanjutnya, Pinang Ranti. Bersyukur, akhirnya jumlah penumpang pagi ini minimal. Entah karena tempat hiburan yang menjadi favorit kali ini adalah Kebun Binatang Ragunan, bukan TMII lagi dan Monumen Pancasila. Tampaknya seperti itu.Mengenai Monumen satu ini, sebenarnya saya juga penasaran, seperti apa sih interiornya. Benda apa saja yang disimpan di dalam museum ini. Mengingat tempat ini rutin saya lewati pulang pergi dari arah Pondok Gede. Lagi lagi keinginan itu belum tercapai karena padatnya waktu, tidak, mungkin itu hanya alasan saya saja karena tidak ada guide nya untuk masuk museum bersejarah itu.

Menempuh waktu sekitar 1,5 jam membuat saya ngantuk juga kali ini. Naik angkot merah jurusan kali malang ini membuat kondisi psikis sudah benar benar saturated. Ngantuk banget.

“Kiri ya Bang..”. Perintah seorang penumpang, saya pastinya, sudah berlagak jenderal saja.

Berhenti tepat tegak lurus dengan gerbang kampus, Pak supirnya mantab juga nih. Berjalan melewati koridor menuju masjid, sebelahnya maksudnya, area kantin lebih tepatnya. Tak sengaja pula melihat sosok yang sepertinya saya kenal, Bu Rektor ternyata. Apa yang dilakukan Beliau sepagi ini. Mungkin penglihatan saya salah kali ini. Hmm..tapi benar kayaknya. Ternyata beberapa karyawan yang mempersiapkan area panggung dan tempat duduk seminar di area halaman sedang mendapat “kuliah” beberapa menit dari Bu Rektor. Lebih tepatnya sih “kuliah dadakan”. Mungkin karena ada beberapa pekerjaan yang kurang oke, sehingga Bu Rektor terjun langsung untuk menegur, ups…memberikan kuliah maksudnya terhadap beberapa karyawan ini. Mungkin Bu Rektor juga merasa galau di saat berlangsungnya seminar Internasional yang dipenuhi oleh peserta dari negara negara Timur Tengah.

Lesehan di area masjid ini menjadi favorit saya. Semilir angin masuk melalui celah celah jendela yang terbuka luas. Berada di atmosfer yang sangat nyaman. Ba’dha shalat dzuhur, masih terlihat beberapa peserta  Timur Tengah yang akrab berbincang bincang dengan pejabat kampus. Tentunya dengan Arabic language. Hal inilah yang membuat saya mundur secara perlahan dari lapak internasional. Mungkin saya merasa seminar kali ini cukup buat wacana saya untuk lebih bersiap siap mengikuti seminar di tahun selanjutnya. Bagaimana nggak gemeteran?, lah bener bener dah, mereka ini bukan hanya senior secara ilmu, umur juga senior. Saya melihat diri saya ini seonggok.., apa???, maksudnya seorang murid kecil yang bisa dikatakan masih seumur jagung. Hehehehe. Terlebih lagi masalah Arabic language, hadeuuhh…saya tahu persis kemampuan Arabic saya kali ini terjun bebas bener. Kemampuan bahasa yang kurang dilatih menjadi penyebabnya. Karena saya jarang menggunakan dialog bahasa ini semenjak meninggalkan bangku Aliyah. Saat di bangku aliyah yang cas cis cus saja muhadatsah dengan Arabic, tiba tiba menjadi gelagapan super akut setelah beberapa tahun. Nampaknya  melatih bahasa ini harus saya praktekkan lagi dengan sahabat saya di sini. Melatih Arabic di lingkungan kantor juga enggak mungkin banget, lah bahasa di kantor malah fasih javanese, bahasa jawa tulen.

Lagi lagi S3…Enggak tahu juga saya sekarang sering menggunakan istilah S3. Mungkin karena terlalu banyak sugesti tentang S3 ini. Lagi lagi sindrom S3, Sahabat Sahabat Super. Lebih tepatnya Senior Senior Super. Apa mungkin saya salah masuk jurusan, salah masuk tahun atau bagaimana juga saya kurang tau. Seringkali saya benar benar merasa kali ini saya memasukkan diri saya sendiri ke kandang bahaya. Takutnya itu merasa bisa masuk, susah keluarnya. Tentunya saya tidak mungkin untuk mundur dari area tantangan kali ini. Apa kata dunia?. Mundur?. Say NO.

Risiko?. Saya menyukai risiko, dalam arti ada pelbagai hikmah di setiap langkah yang saya ambil. Bangunan kantin, rumput rumput ilalang, ibu kantin, semuanya akan menjadi saksi akan hadirnya saya di sebelah mereka. Haiyaahhhhh. Renungan di pojok masjid kali ini adalah, jalani apa adanya. Berjalan maju dan mengikuti kata hati dengan menyelesaikan berbagai studi yang diambil. Hmm..keluhan dengan menumpuknya paper dan presentasi? anggap saja ini latihan untuk studi komunikasi. Yaelah, ya memang ini kurikulumnya kaleee….

Senior Senior Super ini anggotanya tidak hanya saya temuai di area kampus. Area tempat aktifitas al-Qur’an saya pun ada anggotanya. Karena markas al-Qur’an saya dengan area kampus berdekatan, maka saya mampir untuk sekedar bertemu dan melakukan check up al-Qur’an dengan sahabat senior kali ini. Bisa dibilang sahabat saya satu ini memang benar benar..ya begitu deh. Saya datang untuk mendengarkan atau lebih tepatnya tasmi’ al-Qur’an dengan beliau ini. Baru setengah juz, sekitar 10 halaman, disaat saya konsentrasi tinggi mendengarkan hafalan beliau, Ups…apa yang terjadi?. Mendadak volume suaranya hilang diterpa dinginnya AC ruangan. Astaghfirullah, mata saya pun terbelalak melihat kondisi ini, yang didengerin sudah tidur pulas. Apa apaan ini…Nah, dari sinilah saya melihat lamat lamat wajahnya, dalam hati saya bersyukur, masih dikumpulkan dengan senior senior yang menjaga kualitas hafalan 30 juznya dengan sangat baik. Mengingat anggota huffadz perempuan di ibu kota ini sangat amat langka sekali. Saya pun punya keinginan, pada saatnya, saya harus bisa mengumpulkan dan membuat organisasi huffadz khusus perempuan untuk menjalin dan menjaga kualitas hafalan yang terus terjaga sepanjang hidup. Organisasi ini penting adanya, mengingat kalangan internal huffadz perempuan juga harus memiliki wadah untuk berpendapat dan menjalankan aktifitas aktifitas yang terjun ke masyarakat, membentuk karakter karakter perempuan di ibu kota ini dekat dalam memelajari al-Qur’an. Semoga bisa terwujud.

Suasana kampus yang semakin ramai di sabtu siang, mahasiswa mahasiswa yang berlalu lalang, sekedar ngobrol di emperan masjid kali telah menemani saya menulis artikel. Kebanyakan mahasiswa teknologi pendidikan ini adalah para ibu ibu, maka tema perbincangannya pun tak jauh jauh dari seputar permasalahan anak. Berbeda lagi dengan tema pembicaraan para mahasiswi junior sebelah. Cekikikan mereka seolah olah menjadi hiburan alunan nada tersendiri bagi saya, pendengarnya. Atmosfer yang sejuk, berada di tengah tengah gurauan dan ricuh pencari ilmu ini menghilangkan rasa kantuk saya secara otomatis. Banyak Banyak Bersyukur.

Sepertinya waktu pun menuju ke ashar. Kewajiban saya selanjutnya adalah persiapan jadwal talaqqi yang sudah menunggu saya setiap akhir pekan. Manajemen waktu yang ketat rupanya memang harus terus diasah. Mengingat aktifitas yang seabreg, hehehe. Sampai pada suatu ketika, saya mengatakan pada diri saya sendiri, ‘I don’t have a holiday now…’. Merasa bersyukur dengan memiliki, lagi lagi S3, Sahabat Sahabat Super yang mengisi holiday saya dengan penuh pelangi. Pelangi ilmu yang mengeluarkan bias bias warna beraneka macam. Sahabat yang mengajarkan ilmu komunikasi yang luar biasa bagus, sahabat yang menguatkan kualitas al-Qur’an dan juga sahabat yang mengisi keseharian profesi saya sekarang ini. Para sahabat super mendampingi saya dengan tulus, ehm..ehm… Dari sahabat kenalan secara dadakan dengan berbagai latar belakang profesi, sahabat kantor yang menjadi pendamping sehari hari, sahabat al-Qur’an, sahabat Magister. Hmm..lalu, Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?…

Say Alhamdulillah and Alhamdulillah atas semua anugerah para S3 ini, Sahabat Sahabat Super…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gallery

Ajaibnya kata “SEDERHANA”

Seringkali kata kata “sederhana” ini muncul dan sering terdengar. Bahkan mungkin dianggap sebagai angin lalu saja. Bagaimana tidak?, kata sederhana dianggap hanya sebagai wacana saja bagi sebagian orang. Doktrin tentang sederhana ini telah berhasil terpaku dalam pikiran dan hati saya sejak pendidikan sekolah dasar. Dari lingkungan sederhana, kata kata sederhana ini telah diajarkan.  Bukan hanya lingkungan sederhana, aplikasi kehidupan sederhana entah apapun tingkat sosialnya.

Sederhana adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan keperluan. Bukan berarti kita juga butuh apa yang namanya hedonis. Tentu saja ini salah. Sederhana ini bukan berarti harus pelit terhadap keperluan diri kita sendiri. Kesadaran akan pentingnya sederhana ini diperlukan kapanpun. Hakikat sederhana akan mengingatkan kita tentang kelapangan dan ketenangan hati. Beranggapan sederhana adalah memandu diri kita untuk selalu pada hubungan dekat dengan sang Pencipta.

Sederhana dalam beberapa aplikasi kehidupan, entah itu melingkupi sederhana materi dan sederhana sikap. Sederhana materi bisa dilihat dari kesederhanaan yang bersahaja, artinya tidak melepas hawa nafsu terhadap semua hal keduniawian, menghindari hedonis yang akan mematikan hati kita. Bukan berarti sederhana dalam penampilan itu cuek terhadap penampilan, acak acakan, kostum lusuh dan sebagainya. Sederhana disini betul betul menempatkan sesuatu pada tempatnya secara tidak berlebihan. Sederhana harta tercermin dalam sikap kesadaran dan kedermawanan. Ingat juga, bahwa semua hakikat dunia sama sekali bukan hak kita. Semua itu pinjeman. Enggak sopan juga tiba tiba mengaku ngaku semuanya milik kita, bukan berarti semua harta jika ada pada genggaman kita menjadi milik kita. Salah. Menumpuknya harta itu juga semakin menyibukkan manusia loh…..  🙂

Sederhana dalam sikap, berkata sesuai dengan keperluan, menghindari gurauan yang berlebihan dan memelihara kualitas perkataan, dimana semuanya itu mencerminkan sikap kederhanaan perkataan.

Yakin dah, jika perkataan kita terjaga dalam perkataan, maka ketenangan hati lah yang dapat kita peroleh. Kesederhanaan yang benar benar bermanfaat adalah terjaganya diri dari berbagai kecelakaan hawa nafsu. Menjaga diri dari pelbagai sikap  negatif itu mudah. Susahnya adalah mengatakan “tidak” terhadap serangan godaan yang ngajak ke arah nyimpang. Ini poinnya.

Hakikat kehidupan itu terletak pada manfaat. Maksudnya?. Menjadi manfaat untuk orang lain. Keyakinan akan pertolongan Allah lah yang menjadikan diri kita mantep untuk terus belajar dan berkarya positif. Senyuman yang mengembang setiap waktu akan menjadi akibat terhadap keyakinan kita kepada pemilik ratusan manusia di bumi ini. Tidak ada yang lain.

Kesederhanaan akhlak terlihat dari orang orang yang memiliki label ‘Ihsan’. Inilah kuncinya. Sikap dan perkataan dengan kualitas Ihsan akan menghasilkan orang orang dengan kualitas unggul. Tanpa sikap ini, usaha untuk menjadi manusia bermanfaat pun susah.

Keyakinan akan sang Maha Pemilik nyawa akan menghasilkan hasil yang unbelieveble. Mengenai keyakinan ini, saya teringat kisah yang disampaikan oleh salah satu guru Darul Qur’an, Ust. Yusuf Mansur. Ini kisah nyata tentang keyakinan seorang manusia akan pertolongan dan berkah Allah.

Ada seorang pemuda, seperti pemuda yang sedang mencari pekerjaan di Jakarta yang menjanjikan kesempatan lapangan pekerjaan. Tapi, kesempatan ini menjadi susah didapat mengingat persaingan pencari kerja yang setiap tahunnya meningkat. Pada suatu pagi, dia sudah bersiap siap untuk berangkat. Namun rupanya dia merasa masih sangat mengantuk. Karena apa?. Tak biasa biasanya pada malamnya, si nenek pemuda ini menyuruh pemuda ini untuk sholat tahajjud. Keyakinan si nenek ini adalah siapa tahu Allah menghendaki sesuatu yang terbaik, dan apapun hasilnya adalah membawa berkah bagi si pemuda tersebut. Mengikuti perkataan neneknya, pemuda ini tahajjud dan berdoa. Sama sekali dalam hatinya tak pernah terbersit apa yang bakalan terjadi besok pagi.

Paginya, pemuda ini berangkat naik angkutan umum menuju di ke Sudirman. Tak tersa, karena dia ketiduran, kebablasan lah pemuda ini. Dia bangun dengan kagetnya, karena merasa bahwa kantor tempat dia interview telah lewat. Tak ada cara lain selain balik arah lagi. Pemuda ini sudah menduga bahwa dia akan terlambat. “Pasti telat nih..”. Keluh si pemuda sambil naik angkutan berbalik arah menuju kantor tadi. Tak berapa lama, masuklah penumpang dengan penampilan kusut, Bapak bapak lah. Terjadilah perbincangan antara si Bapak ini, katakanlah Pak Bambang dengan si pemuda ini.

“Mau kemana mas?”. Tanya Pak Bambang.

“Mau ke kantor daerah Sudirman Pak, ada jadwal interview. Tapi saya terlambat nih Pak. Tak biasa biasanya saya semalem tahajjud, kata nenek saya supaya dipermudah.”

“Oh…oh..begitu ya.”

“Iya Pak…ngomong ngomong Bapak mau kemana?.”

“Saya mau ke kantor daerah Sudirman juga. Kamu mau ke kantor apa? lantai berapa?.”

“Iya Pak, saya mau ke kantor A, lantai 20.”

“Loh, sama. Saya juga mau ke kantor itu. Kamu mau interview?”

“Iya Pak.”

“Mana surat panggilannya?. Saya mau lihat dulu.”

“Iya Pak. Silahkan.”

“Loh. Ini kan nama dan tanda tangan saya disini. Ayo kita bareng bareng saja nanti.”

“Tapi Pak, saya kan sudah terlambat, apa mungkin saya masih bisa ikut interview?.”

“Loh saya kan juga telat kan?…”

“Iya Pak.”

Mereka berdua pun turun dan langsung masuk ruangan kepala HRD perusahaan tersebut untuk proses interview.

Usut punya usut, ternyata si Pak Bambang, bos HRD ini ban mobilnya kempes. Mudah bagi Allah untuk membikin ban mobil kempes. Iya nggak??. Mobil ban kempes, dia nungguin taksi beberapa lama enggak dapet juga. Akhirnya lewat lah angkutan yang dinaikin pemuda tadi. Gampang bagi Allah untuk menggerakkan hati Pak Bambang untuk naik angkutan si pemuda dan duduk di sebelah pemuda tadi dan terjadi perbincangan tadi. Semua itu tidak ada yang serba kebetulan, semuanya sudah ada yang atur. 🙂

Subhanallah. Contoh simpel dalam sebuah keyakinan kita terhadap Dzat pemberi nyawa. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Kita tidak akan sanggup menebak nebak apa yang terjadi pada diri kita selanjutnya. Apa yang akan terjadi pada keluarga, harta dan semua yang ada di samping kita.

Maka, benar benar selalu memegang kata sederhana ini akan dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa yang kita sendiri pun tidak bisa memprediksi apakah itu.

Semua kejadian di bumi ini adalah misteri. Tapi mesteri ini akan menjadi positif dan selalu membawa kebaikan jika keyakinan dan hubungan kita terhadap pemilik kunci misteri ini kuat. Insyaallah.